Stefan Koeberle, Direktur Bank Dunia untuk Indonesia (VIVAnews / Renne Kawilarang)
Perekonomian Indonesia diprediksi akan tangguh menghadapi dampak krisis ekonomi yang melanda Amerika Serikat dan Eropa. Bahkan, peran Indonesia dalam perekonomian global diperkirakan bakal semakin diperhitungkan.
Bank Dunia menilai pertumbuhan perekonomian Indonesia banyak didukung oleh sistem fiskal yang baik, pengelolaan anggaran yang lebih pruden, serta yang tak kalah penting, pertumbuhan kelas menengah yang mendorong konsumsi lebih tinggi.
Namun demikian, Indonesia masih menyimpan berbagai kendala untuk mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi.
Berikut wawancara khusus VIVAnews dengan Direktur Bank Dunia untuk Indonesia, Stefan G. Koeberle, di ruang kerjanya di Jakarta, 4 Agustus 2011.
Kalangan analis dan ekonom menilai Indonesia sebagai salah satu perekonomian yang tumbuh signifikan di kawasan Asia Pasifik. Bagaimana menurut Anda?
Indonesia mampu keluar dari krisis ekonomi tahun 1998 dengan cara yang lebih baik dibandingkan negara lain. Hal itu terlihat dari kesuksesan menurunkan rasio utang terhadap PDB, juga keuntungan dari booming harga komoditas.
Indonesia kami perkirakan akan mengalami pertumbuhan ekonomi pada tahun ini sebesar 6,5 persen dan ini akan terus berlangsung dalam jangka menengah. Jadi kami menganggap Indonesia saat ini berada dalam posisi menguntungkan, memiliki kebijakan makro ekonomi yang pruden, kebijakan fiskal yang ketat dalam tiga tahun, serta prospek yang lebih baik.
Kami berpikir Indonesia bisa meraih capaian lebih baik jika bisa memenuhi kebutuhan kelas menengah, menyediakan lapangan pekerjaan, dan mengalokasikan anggaran untuk infrastruktur dan pendidikan. Jika itu terpenuhi, Indonesia akan memperoleh pertumbuhan lebih tinggi.
Menurut Anda, faktor utama apa yang menjadi pendorong ekonomi Indonesia?
Indonesia, seperti saya katakan, memiliki kebijakan makro ekonomi yang solid, kepercayaan investor pada pembangunan fisik, booming harga komoditas dunia, pertumbuhan konsumsi yang intensif, dan pertumbuhan kelas menengah. Ini semua mendorong pertumbuhan ekonomi.
Ekonomi Indonesia juga diuntungkan oleh situasi internasional di mana Eropa dan AS sedang mengalami pelemahan ekonomi dan banyak lembaga keuangan dan investor yang tengah mencari pasar di negara berkembang untuk investasi.
Apa pandangan Anda atas kelas menengah di Indonesia? Mereka bisa diandalkan untuk jadi kunci pertumbuhan ekonomi Indonesia?
Saya kira itu faktor yang signifikan. Entah klasifikasi apa yang Anda gunakan untuk kelas menengah ini, apakah US$2 per hari atau US$4 per hari. Tapi, faktanya kelas menengah di Indonesia tumbuh signifikan. Selama lebih dari 10 tahun pertumbuhannya dua kali lipat.
Ini artinya pertumbuhan kelas menengah yang semakin besar akan meningkatkan permintaan pelayanan yang lebih baik, menuntut pendidikan lebih baik, infrastruktur lebih baik, dan konsumsi lebih besar.
Faktor inilah yang akan mengubah pola investasi yang berkembang di Indonesia. Akan ada banyak investor yang masuk ke sini karena Indonesia adalah negara dengan pertumbuhan pasar konsumsi yang tinggi. Namun, ada juga implikasinya bagi pemerintah, yaitu harus memuaskan kebutuhan yang semakin meningkat dan aspirasi masyarakat.
Saat ini harga minyak dunia terus meningkat sehingga subsidi BBM terus melonjak. Menurut Anda, bagaimana kesinambungan anggaran Indonesia?
Subsidi merupakan isu yang sangat sensitif dan kompleks karena berkaitan dengan isu politik. Namun, pada saat bersamaan, Indonesia kehilangan sejumlah kesempatan, karena semua target yang dibuat dengan adanya kenaikan harga minyak, menyebabkan anggaran subsidi makin besar; dan pemerintah--lewat mekanisme anggaran--harus mengantisipasinya. Jadi, anggaran akan mengering signifikan jika harga minyak terus menjadi semakin tinggi.
Subsidi yang seharusnya digunakan untuk mendukung (masyarakat miskin) malah tidak tepat sasaran. Bahkan analisa kami menemukan subidi ini dinikmati oleh orang yang relatif mampu dan tidak sampai kepada masyarakat miskin.
Jadi, pemerintah kehilangan kesempatan, karena semua dana ini seharusnya bisa diarahkan untuk jaminan sosial, pendidikan yang lebih baik, infastruktur, dan perlindungan masyarakat miskin dengan target yang lebih baik. Jadi, kami mengusulkan pemerintah untuk membuat anggaran subsidi yang lebih tepat sasaran, walau kami akui isu ini sangat sensitif dari segi politik
Saat ini tepat untuk menurunkan anggaran subsidi?
Itu berpulang pada pertimbangan politik pemerintah. Tapi melihat tren secara umum, kami melihat negara semestinya banyak mengalihkan anggaran subsidi pada program untuk membantu masyarakat, dan dana yang terkumpul bisa digunakan untuk membangun infrastruktur atau sarana kesehatan dan pendidikan
Anda sudah mengusulkan hal ini pada Menteri Keuangan RI?
Saya kira Menteri Keuangan memperoleh informasi yang cukup. Dia memiliki beberapa opsi yang baik, dan melihat secara cermat anggaran yang menipis karena subsidi. Saya juga mengerti pemerintah tengah intensif mencari pola subsidi yang lebih terarah. Hal itu kami dukung.
Beberapa pihak masih mengkhawatirkan kesenjangan sosial antara masyarakat kaya dan miskin. Apa usulan Bank Dunia untuk mengelola masalah ini?
Alasan pertumbuhan ekonomi salah satunya adalah boomingharga komoditas. Upaya pemerintah dengan menyusun sebuah rencana master (MP3EI) telah berkontribusi pada upaya menyebarkan kesejahteraan bagi masyarakat Indonesia dan memastikan bahwa kesejahteraan tidak hanya terjadi di Pulau Jawa, tapi juga daerah lain.
Hal lain yang harus diperhatikan adalah bertambahnya aspirasi kelas menengah yang harus diperhatikan pemerintah. Masyarakat membayar pajak, maka penggunaan dananya harus diperhatikan pemerintah, dan dikembalikan ke masyarakat dalam bentuk pelayanan yang lebih baik. Pelayanan ini tentunya harus tersebar ke seluruh Indonesia dan memastikan masyarakat miskin tidak dirugikan dan mendapat manfaatnya.
Tentu saja yang menjadi perhatian dari persoalan krisis pangan ini adalah volatilitas harga pangan dunia. Masyarakat miskin menggunakan 2/3 pendapatan mereka untuk makanan. Jadi volatilitas apapun yang terjadi pada bahan pangan akan berdampak pada masyarakat miskin. Melindungi masyarakat miskin dari volatilitas harga pangan sangatlah penting.
Menurut Anda, upaya pemerintah saat ini cukup bagus untuk stabilisasi harga pangan?
Pemerintah sangat menyadari soal volatilitas harga, perlindungan masyarakat miskin melalui program jaminan sosial, harga pangan, serta dalam jangka panjang soal pasokan pangan nasional dengan meningkatkan yield, produktivitas, penelitian pertanian, membuat lahan yang produktif dan berkelanjutan, serta menjaga lingkungan.
Hal penting lain yang harus diperhatikan mengenai kesenjangan sosial adalah soal kesempatan. Hal itu termasuk di sektor pelayanan publik, pendidikan, dan kesehatan. Jadi, masyarakat miskin juga harus bisa mengakses kesehatan dan pendidikan yang baik, sehingga dalam jangka panjang mereka bisa ikut ambil bagian dalam perekonomian nasional. Hal lain adalah penyediaan lapangan kerja yang cukup besar untuk dapat mendukung perekonomian nasional.
Menurut Anda, idealnya berapa persen alokasi anggaran pendidikan dan kesehatan yang harus disediakan pemerintah Indonesia?
Indonesia melakukan langkah mengesankan dengan menyediakan alokasi dana pendidikan yang lebih spesifik, 20 persen, yang tentu saja sangat cukup. Itu sudah cukup untuk anggaran pendidikan.
Namun, persoalannya, apakah dengan anggaran itu Indonesia bisa mendapatkan kualitas pendidikan yang lebih meningkat? Kami juga melihat perlu adanya peningkatan kualitas. Kami yakin seluruh anggaran yang digunakan juga dialokasikan untuk pelayanan dan kualitas pendidikan yang lebih baik.
Hal yang penting adalah pemerintah tidak hanya mengalokasikan anggaran tapi juga memastikan anggaran itu mengalir secara tepat--begitu juga dengan kesehatan--dalam jangka menengah dan panjang. Juga penting memastikan masyarakat miskin bisa memperoleh akses perlindungan sosial.
Bagaimana penilaian Anda soal rasio utang luar negeri Indonesia? Apakah masih tergolong stabil?
Indonesia adalah negara yang mengesankan karena berhasil mengurangi rasio utang terhadap PDB, yang merupakan bagian penting untuk meningkatkan kepercayaan investor.
Seperti diketahui banyak portofolio asing masuk ke Indonesia, dan tantangannya adalah bagaimana membuat investasi itu dapat dikonversi menjadi investasi jangka menegah dan panjang. Dengan dana ini mereka bisa menciptakan pekerjaan dan pertumbuhan yang lebih bagus.
Indonesia membutuhkan reformasi struktural agar pertumbuhan bisa melaju lebih cepat. Saya pikir banyak menteri keuangan di dunia, AS, dan Eropa mengapresiasi upaya Indonesia mengurangi rasio utang terhadap PDB. Satu hal yang menjadi bukti adalah bagaimana Indonesia bisa memperbaiki peringkat utang satu tingkat lagi menjadiinvestment grade.
Apakah korupsi, masalah infrastruktur, dan ketidakpastian hukum masih menjadi faktor-faktor utama penghambat pertumbuhan ekonomi Indonesia?
Saya pikir itu masih menjadi tantangan, tapi di sisi lain banyak upaya yang telah dilakukan pemerintah Indonesia. Kalau Anda bandingkan dengan 10 tahun yang lalu, sekitar tahun 2004, ada banyak upaya restrukturisasi dan reformasi birokrasi yang telah dilakukan pemerintah.
Kita melihat perubahan peran dari militer dan polisi, pemilihan umum yang demokratis, desentralisasi, Komisi Pemberantasan Korupsi. Semua pergantian arsitektur ini sangat penting dan menjadi fondasi dasar untuk upaya check and balance.
Dalam beberapa tahun terakhir juga sudah ada upaya efisiensi yang sangat besar dalam hal anggaran pelayanan publik dan transparansi anggaran publik. Kami sangat mendukung upaya-upaya perbaikan tersebut.
Bagaimana Anda menilai korupsi di Indonesia dibandingkan dengan di negara-negara tetangga seperti Thailand atau Malaysia?
Sangat sulit untuk membandingkan antar negara karena masing-masing memiliki struktur dan lingkungan yang berbeda. Yang bisa dibandingkan adalah institusinya dan bagaimana membangunnya.
Yang kami lihat di Indonesia, negara ini memiliki struktur yang baik, dengan institusi yang sudah terbentuk seperti parlemen, partai politik, dan satu lagi yang penting adalah kebebasan pers. Tantangan utamanya tentu saja impelementasinya dan transpransi dalam hal sumber daya publik, public procurement, dan kontrak bisnis.
Jadi, secara umum, upaya Indonesia untuk membangun transparansi, institusi, dan struktur yang diperlukan sudah berjalan dengan baik.
Krisis keuangan yang tengah melanda AS dan Eropa akan berdampak seberapa parah terhadap Indonesia?
Indonesia sampai saat ini cukup beruntung karena tidak terkena dampak sedikitpun. Kalaupun ada, itu adalah dampak positif karena Eropa dan AS tengah terkena krisis, sehingga investor mencari negara tujuan investasi yang lebih berprospek di negara-negara berkembang seperti Indonesia.
Kendati Indonesia sudah berhasil menurunkan rasio utang terhadap PDB, dan selamat dari krisis keuangan global, masih ada kemungkinan terpengaruh sentimen negatif. Tapi, saya yakin kondisi Eropa akan kembali membaik. Makanya, Indonesia harus bisa mengubah portofolio itu ke dalam investasi jangka menengah-panjang.
Dalam ekonomi global saat ini, bagaimana Indonesia dapat berperan?
Saya pikir sekarang masyarakat dunia internasional sudah menyadari bahwa Indonesia merupakan negara berkembang yang diperhitungkan sebagai pemain global. Sangat penting juga diketahui bahwa Indonesia merupakan satu-satunya negara di Asia Tenggara yang menjadi pemimpin negara-negara ASEAN dengan skala ekonomi terbesar di ASEAN. Jadi, Indonesia harus berperan banyak di dunia.
Indonesia juga sudah mengambil kepemimpinan dalam upaya mengantisipasi perubahan iklim global, seperti komitmen mengurangi emisi karbon hingga 26 persen. Dunia tentunya akan mendukung upaya ini serta menunggu kepemimpinan Indonesia. Negara ini juga merupakan satu-satunya anggota ASEAN yang masuk dalam G20.
Kita juga bisa melihat keterlibatan Indonesia dalam hubungan multilateral dengan Bank Dunia, dan Indonesia memiliki anggota direksi di lembaga ini.
Jadi, Indonesia secara signifikan semakin vokal di dunia internasional, tidak hanya sekadar sebuah negara berkembang.
Sekarang rupiah semakin kuat terhadap mata uang asing. Menurut Anda, rupiah saat ini terlalu kuat?
Satu hal yang susah dilakukan oleh institusi finansial dunia manapun adalah sulitnya memprediksi nilai tukar. Kalau kami tahu persis tentang hal itu, kami tidak akan bekerja seperti saat ini ... hahaha.
Saya tidak mau mengintervensi soal nilai tukar. Saya pikir, yang paling dibutuhkan investor saat ini adalah sesuatu yang dapat diprediksi.
Indonesia saat ini mengeluarkan kebijakan untuk mengurangi porsi pinjaman luar negeri dari lembaga multilateral dan lebih memilih mencari pendanaan dari pasar. Apakah kebijakan ini bagus untuk Indonesia?
Saya pikir Indonesia memiliki strategi jangka panjang dan itu bagus. Indonesia harus menciptakan pasar modal domestik. Hal itu harus dilakukan secara bertahap karena pasar modal domestik masih kecil, walaupun lebih menarik dibandingkan sebelum krisis.
Pinjaman multilateral masih bisa menjadi pilihan karena mereka bisa menembus sektor di mana sejumlah jenis pinjaman lain tidak bisa masuk. Banyak program yang kami dukung, yang tidak memiliki jenis pinjaman seperti yang ditawarkan Bank Dunia. Di saat krisis seperti saat ini, pinjaman multilateral sangat membantu.
Beberapa hari lalu Bank Dunia mengatakan akan terjadi economic bubble di sektor properti dan otomotif.
Saya tidak melihat gelembung-ekonomi terjadi di negara-negara berkembang saat ini. Namun, dengan harga yang terus naik dan penyaluran kredit seperti sekarang, memang itu harus diawasi ketat. Sangatlah penting untuk melakukan pengawasan secara prudent dan menetapkan kebijakan yang tepat untuk menanganinya.
Bagaimana dengan jebakan kelas menengah yang melanda Brasil dan Argentina. Apakah kondisi yang sama akan terjadi di Indonesia?
Indonesia mungkin masih berada di tingkat di mana reformasi struktural masih harus dilakukan untuk mencapai tingkat pendapatan per kapita yang lebih baik. Namun, tantangan utama bagi Indonesia adalah menuntaskan hal-hal yang selama ini sudah berjalan dengan baik, yang terlihat dari laju pertumbuhan ekonomi yang mencapai plus minus enam persen.
Kami berpikir tantangan ekonomi Indonesia adalah menyediakan pekerjaan yang lebih banyak dan lebih berkualitas, pertumbuhan ekonomi yang bisa memberikan pelayanan publik yang lebih baik, dan pelayanan-pelayanan lain seperti diuraikan sebelumnya. Seluruh tantangan itu harus bisa diselesaikan agar Indonesia bisa meningkatkan pertumbuhannya.
Jadi, saya berpikir Indonesia masih sangat jauh dari jebakan kelas menengah itu. Tapi, Indonesia sebaiknya mulai membangun fondasi untuk menghindari hal itu.
Jadi, jebakan itu tidak akan terjadi dalam waktu dekat ini?
Untuk jangka menengah mungkin itu akan menjadi perhatian. Namun, tantangan yang akan menghadang Indonesia dalam beberapa bulan ke depan adalah di sektor infrastruktur, pendidikan, kesehatan, jaminan sosial, perubahan iklim, dan memastikan proses check and balance berjalan di pemerintahan.
Indonesia memiliki struktur yang sudah berjalan, iklim investasi yang dapat diprediksi, serta pinjaman jangka panjang infrastruktur yang terus berjalan, upaya reformasi hukum, dan investasi publik di bindang infrastruktur. Semua ini harus segera diselesaikan sebelum Indonesia dihadapkan pada persoalan jebakan kelas menengah itu.
Banyak yang berpikir salah satu dampak dari pertumbuhan ekonomi adalah lalu-lintas yang semakin macet, dan banyak orang sudah mengeluhkan hal ini. Bagaimana Anda melihatnya?
Dari pengamatan pribadi, saya pikir ini masalah besar dan saya kaget mengapa orang-orang kini tidak banyak mengeluhkan soal ini. Saya sendiri membeli iPad [untuk melewatkan waktu di tengah kemacetan] walaupun itu bukan solusi jangka panjang yang bagus.
Kondisi ini mengingatkan saya kepada Bangkok, tempat saya dulu tinggal. Dulu Bangkok mengalami masalah kemacetan yang sangat parah, dan pada tahun 1980-an masyarakat di sana sudah memperkirakan jika kondisi ini terus berlangsung maka jalanan di Bangkok akan menjelma menjadi areal parkir.
Saya tidak tahu bagaimana mereka mengatasinya, tapi mereka berhasil menangani masalah ini dengan menginvestasikan dana yang sangat besar pada sektor infrastruktur publik, dengan membangun Mass Rapid Transport, dan sekarang mereka memiliki Railyway Metro System.
Jadi masalah yang signifikan bagi Jakarta, ini adalah kota dunia, megapolis, tapi tidak memiliki railway metro system dan mass transport system. Saya pikir Transjakarta masih harus terus berbenah untuk dapat menjawab kebutuhan masyarakat akan adanya sistem transportasi publik. Saya kira kuncinya adalah investasi di bidang transportasi publik.
Terlebih, Indonesia akan mengalami proses urbanisasi dengan cepat. Dalam beberapa tahun terakhir, lebih dari setengah warga Indonesia tinggal di kota dan harus diketahui bahwa kota harus tetap efisien, tidak hanya dari segi transportasi, tapi juga kesehatan, air minum, dan pendidikan. Jadi investasi infrastruktur harus disiapkan dari sekarang untuk bisa memenuhi kebutuhan masyarakat yang sebagian besar nanti akan tinggal di perkotaan.